Jakarta – Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, telah tiba di Yunani setelah dideportasi oleh otoritas Israel bersama 160 aktivis lainnya dari armada kemanusiaan Global Sumud Flotilla. Kelompok tersebut sebelumnya berlayar menuju Jalur Gaza dalam misi kemanusiaan sebelum dicegat oleh pasukan Israel di perairan Mediterania.
Dilansir Al Jazeera, Selasa (7/10/2025), Kementerian Luar Negeri Yunani mengonfirmasi bahwa sebanyak 161 aktivis telah tiba di Yunani pada Senin malam waktu setempat. Dari jumlah itu, 27 orang merupakan warga Yunani, sementara 134 lainnya berasal dari 15 negara berbeda, termasuk Swedia, Kanada, dan Amerika Serikat.
Setibanya di Bandara Athena, Greta Thunberg menyampaikan pernyataan keras terhadap tindakan militer Israel di Gaza. Ia menuduh adanya genosida terhadap rakyat Palestina, dan menilai bahwa masyarakat internasional gagal mencegah kejahatan perang tersebut.
“Saya ingin menegaskan, ada genosida yang sedang terjadi. Sistem internasional kita mengkhianati Palestina,” ujar Thunberg di hadapan para jurnalis, sebagaimana disiarkan oleh AFP.
Greta menjelaskan bahwa misi Global Sumud Flotilla bertujuan untuk bertindak ketika pemerintah dunia gagal memenuhi kewajiban hukum internasional mereka terhadap rakyat Palestina. “Kami datang ke Gaza untuk menegakkan kemanusiaan ketika pemimpin kami memilih diam,” tambahnya.
Sementara itu, laporan dari jurnalis Turki, Ersin Celik, menyebut bahwa Thunberg sempat dianiaya oleh pasukan Israel saat penahanan. Ia mengklaim Greta “diseret di tanah” dan “dipaksa mencium bendera Israel” sebelum akhirnya dipulangkan.
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Slovakia juga mengonfirmasi kedatangan 10 aktivis yang dideportasi ke Bratislava, termasuk satu warga negaranya dan sembilan orang lain yang berasal dari Belanda, Kanada, dan Amerika Serikat.
(HP)