Suara Bersama

Pengamat: Agresi Israel Bisa Meluas hingga Menyasar Turki

Jakarta – Setelah serangan Israel di Doha, Turki kini berada dalam posisi waspada terhadap ambisi regional Tel Aviv. Para analis dan komentator pro-Israel mulai mengalihkan perhatian mereka ke Ankara, yang menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik. Situasi ini menciptakan ketegangan baru di kawasan yang sudah rentan terhadap ketidakstabilan.

Michael Rubin, seorang peneliti senior di American Enterprise Institute, menyatakan bahwa Turki bisa menjadi target Israel berikutnya. Ia memperingatkan bahwa Ankara tidak seharusnya bergantung pada keanggotaan NATO-nya untuk perlindungan dari ancaman yang mungkin timbul. Hal ini menandakan bahwa visi dominasi Israel di Timur Tengah berpotensi berbenturan dengan pandangan regional Turki.

Omer Ozkizilcik, peneliti non-residen di Atlantic Council, menambahkan bahwa retorika anti-Turki ini ditanggapi serius di Ankara.

“Turki semakin merasa bahwa agresi Israel tidak memiliki batas dan menikmati dukungan Amerika, yang semakin memperburuk keraguan Ankara terhadap jaminan keamanan dari AS sebagai sekutu NATO,” katanya dikutip dari Aljazeera, Minggu (21/9/2025).

Serangan Israel terhadap Qatar, yang merupakan sekutu utama non-NATO AS, memicu kekhawatiran di Ankara. Dalam beberapa jam setelah serangan tersebut, perhatian para komentator pro-Israel beralih ke Turki, menandakan potensi ancaman yang lebih besar. Michael Rubin menyatakan bahwa Turki harus waspada dan tidak mengandalkan NATO untuk perlindungan.

Retorika yang berkembang di Israel menunjukkan bahwa Ankara dipandang sebagai tantangan baru terhadap hegemoni regional. “Israel mencari dominasi di kawasan ini, dan Turki harus menyadari bahwa agresi Israel tidak akan berhenti di Qatar,” kata Ozkizilcik.

Serangan Israel juga menimbulkan keraguan di kalangan pejabat Turki mengenai jaminan keamanan dari AS. Ankara merasa bahwa dukungan yang diberikan oleh Washington mungkin tidak cukup untuk melindungi mereka dari ancaman yang lebih besar.

Visi “Israel Raya” dan Agresi Regional Israel
Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, mengungkapkan pandangannya mengenai visi “Israel Raya” yang diyakini oleh beberapa kelompok Zionis. Ia menyatakan bahwa visi ini mencakup wilayah Suriah, Lebanon, Mesir, dan Yordania, dengan tujuan untuk menjaga negara-negara di kawasan tetap lemah dan terpecah.

Dalam beberapa minggu terakhir, Israel telah melancarkan serangan ke berbagai negara, termasuk Yaman dan Suriah, serta melanjutkan serangan di Gaza dan Tepi Barat. Fidan menekankan bahwa tindakan ini menunjukkan agresi yang tidak terputus dari Israel, yang semakin memperburuk ketegangan di kawasan.

“Israel berusaha untuk memecah belah negara-negara tetangga dan memperkuat posisinya,” ujarnya.

Serangan terhadap Iran pada bulan Juni juga menunjukkan bahwa Israel tidak segan-segan untuk menggunakan kekuatan militer untuk mencapai tujuannya. Serangan ini tidak hanya menargetkan fasilitas militer Iran tetapi juga berusaha untuk mengubah rezim di negara tersebut, yang menjadi salah satu saingan terkuat Israel di kawasan. Persaingan antara Turki dan Israel semakin memanas, dengan kedua negara memiliki agenda yang berbeda. Ozkizilcik mencatat bahwa tindakan Israel bertentangan dengan agenda Turki yang ingin memiliki negara-negara yang kuat dan terpusat.

“Israel kini melihat Turki sebagai tantangan yang harus dihadapi untuk mempertahankan hegemoni regionalnya,” jelasnya.

Israel berusaha untuk mencegah Turki mendirikan pangkalan baru di Suriah, yang dianggap dapat mengancam keamanan mereka. Netanyahu pernah menyatakan bahwa Ankara tidak akan diizinkan untuk memperluas pengaruhnya di kawasan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ketegangan antara kedua negara semakin meningkat.

Dengan meningkatnya agresi Israel, Turki merasa perlu untuk mengambil langkah-langkah defensif. Retorika media pro-Israel yang menggambarkan Turki sebagai “musuh paling berbahaya” semakin memperburuk situasi. Turki harus bersiap menghadapi kemungkinan konfrontasi yang lebih besar di masa depan.

Retorika Media Pro-Israel dan Reaksi Turki
Media pro-Israel telah secara konsisten meningkatkan retorika mereka terhadap Turki, menggambarkan negara tersebut sebagai ancaman yang serius. Komentator Israel berusaha untuk membingkai kehadiran Turki di Mediterania timur sebagai bahaya yang meningkat. Hal ini menciptakan persepsi negatif terhadap Turki di kalangan publik Israel.

Reaksi Turki terhadap retorika ini cukup tegas. Menteri Luar Negeri Hakan Fidan menangguhkan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan Israel sebagai respons terhadap agresi yang terus berlanjut.

“Kami tidak akan membiarkan tindakan agresif Israel tanpa balasan,” tegasnya.

Dengan meningkatnya ketegangan, Turki berusaha untuk memperkuat posisinya di kawasan. Mereka menyadari bahwa situasi ini dapat berkembang menjadi konflik yang lebih besar jika tidak ditangani dengan hati-hati. Andreas Krieg, profesor di King’s College London, menyatakan bahwa konfrontasi antara Turki dan Israel tidak dapat dihindari. Kedua belah pihak menyadari bahwa ada biaya yang harus dibayar dalam persaingan ini, terutama mengingat saling ketergantungan ekonomi yang ada.

“Kedua negara harus mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka,” ujarnya.

Krieg menambahkan bahwa ancaman yang dihadapi Turki bukanlah agresi militer konvensional, melainkan penargetan kepentingan Turki melalui cara-cara tidak langsung. Hal ini mencakup kepentingan Ankara di Suriah, Mediterania Timur, dan Kaukasus Selatan, yang menjadi fokus perhatian dalam persaingan ini.

(HP)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five × one =