Jakarta, Suarabersama.com – Seruan aksi serentak bertajuk CJEMAS (Cita, Jiwa, Energi Mahasiswa untuk Aksi Serentak) yang dikeluarkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menuai respons kritis dari berbagai kalangan. Surat instruksi aksi yang berlangsung pada 25–28 Juli 2025 tersebut menyebut bahwa bangsa berada di ambang krisis, namun klaim itu dinilai tidak disertai data yang valid.
Beberapa tagar yang beredar seperti #IndonesiaCemas, #IndonesiaMakinGelap, dan #IndonesiaTergadaikan dianggap hanya menggiring emosi publik tanpa dasar kajian ilmiah. Aktivis Corong Rakyat, Hasan, menyatakan bahwa kritik mahasiswa harus berpijak pada fakta, bukan sekadar menjadi alat politik kelompok yang belum bisa menerima hasil Pilpres.
“Mahasiswa mestinya mendasarkan kritik pada data dan kajian ilmiah, bukan jadi corong kepentingan politik yang belum move on dari Pilpres,” ujarnya, Minggu (27/7).
Senada dengan itu, Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi, menilai narasi krisis yang diusung dalam aksi justru membuka ruang bagi mobilisasi massa oleh kelompok anti-konstitusi. “Pola klaim krisis terus-menerus, diikuti ajakan massa turun ke jalan, adalah trik lama untuk mendeligitimasi kekuasaan,” tegasnya.
Peneliti dari Center for Inclusive Engagement (CIE), Muhammad Chaerul, menambahkan bahwa peran mahasiswa yang ideal adalah menjadi mitra kritis bagi pemerintah, bukan lawan agitasi. Ia menekankan bahwa di tengah berbagai tantangan global, pemerintah justru terus berupaya mewujudkan reformasi birokrasi, mempercepat digitalisasi pendidikan, dan memperluas pembangunan infrastruktur dasar.
“Di balik gejolak media sosial, pemerintah sedang bekerja keras menjalankan program-program strategis yang menyentuh kebutuhan rakyat,” ungkap Chaerul.
Pemerintah pun menegaskan keterbukaannya terhadap kritik konstruktif, namun menolak narasi yang tidak berpijak pada fakta. Dalam keterangan resminya, pemerintah menyatakan bahwa Indonesia tidak sedang cemas, melainkan bergerak dengan strategi, target, dan data yang terukur.
(HP)



