Suara Bersama

Duka di Tengah Pesta: Gubernur Jabar Minta Maaf, Santuni Keluarga Korban

Jakarta, Suarabersama.com – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan pernyataan resmi terkait insiden tragis yang terjadi dalam acara pernikahan anaknya, Maula Akbar Mulyadi Putra, dengan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina. Tiga orang dilaporkan meninggal dunia dalam acara yang digelar di Lapangan Oto Iskandar Dinata, Garut, Jumat (18/7).

“Yang kegiatan di Garut hari ini, acara syukuran Maula dan Putri, secara pribadi saya itu tidak tahu acara kegiatan itu. Saya hanya memahami bahwa nanti malam itu ada acara kegiatan saya bertemu keluarga dalam bentuk pentas seni,” ujar Dedi Mulyadi saat ditemui wartawan di Bandung pada hari yang sama.

Dedi mengaku tidak mengetahui adanya syukuran bersama warga dan menyampaikan belasungkawa atas kejadian tersebut.

“Saya tidak tahu bahwa ada acara syukuran bersama warga, kemudian warga diundang makan bersama. Tetapi, karena itu peristiwanya sudah terjadi, maka saya menyampaikan, pertama, saya menyampaikan turut berdukacita. Semoga almarhum dan almarhumah diterima iman Islamnya, diampuni segala dosanya, kemudian ditempatkan di tempat yang mulia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan permintaan maaf atas nama kedua mempelai dan pihak keluarga.

“Yang kedua, saya juga menyampaikan permohonan maaf atas nama Maula dan Putri atas penyelenggaraan kegiatan tersebut, dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas peristiwa tersebut,”
lanjut Dedi.

Sebagai bentuk empati, Dedi menyebut telah menginstruksikan stafnya untuk mendatangi keluarga korban dan menyerahkan santunan.

“Kemudian yang ketiga, saya menyampaikan, hari ini sudah saya meminta staf saya untuk segera menemui seluruh keluarganya dan menyampaikan uang duka dari saya sebagai Gubernur Jawa Barat terhadap keluarga saya hari ini yang mendapat musibah dan kami menyampaikan uang duka Rp 150 juta per keluarga,”
tuturnya.

Lebih jauh, Dedi menilai peristiwa ini harus menjadi pelajaran bersama dalam penyelenggaraan acara publik, khususnya dalam aspek keamanan dan pengaturan massa.

“Ini adalah bagian dari empati kami dan kemudian ke depan, pembelajaran penting bagi siapapun, termasuk keluarga saya sendiri, kalau buat acara itu harus diperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi, termasuk juga penyiapan pengamanan yang cukup,”
katanya.

“Dan saya selalu menghimbau tidak boleh membuat kegiatan dalam ruang sempit, kemudian orangnya terlalu banyak,” imbuhnya.

Dedi juga menegaskan kesiapannya untuk bertanggung jawab atas insiden tersebut.

“Tetapi, ya, sudah lah peristiwa itu sudah terjadi, dan tentunya saya bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas itu, meskipun itu dilakukan oleh kedua mempelai,” tegasnya.

Pesta pernikahan yang digelar setelah salat Jumat itu berubah menjadi kekacauan ketika warga berbondong-bondong menuju pendopo tempat hidangan gratis disediakan. Desak-desakan tidak dapat dihindari, yang mengakibatkan tiga orang meninggal dunia — seorang anak perempuan berusia 8 tahun, seorang anggota kepolisian, dan seorang warga lanjut usia.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

20 − 11 =