Suara Bersama

DPR Soroti Dampak Sosial dan Ekologis Pagar Laut di Tangerang: 21 Ribu Jiwa Terdampak

JakartaKontroversi pemasangan pagar laut sepanjang lebih dari 30 kilometer di perairan Tangerang, Banten, terus bergulir. Anggota Komisi IV DPR RI, Riyono Caping, menyatakan bahwa kebijakan tersebut telah berdampak pada setidaknya 21.950 jiwa dari komunitas nelayan dan pembudidaya lokal yang menggantungkan hidupnya pada laut.

Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten, sebanyak 3.888 nelayan dan 502 pembudidaya terdampak langsung. Jika dikalkulasikan dengan rata-rata jumlah anggota keluarga, maka total warga terdampak secara ekonomi mencapai puluhan ribu jiwa.

“Pemagaran ini tidak hanya menutup akses ekonomi bagi nelayan, tapi juga mengancam ekosistem laut. Bila dibiarkan, potensi kerugian ekologis akan sangat besar,” ungkap Riyono dalam pernyataannya di Jakarta.

Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa kegiatan pemanfaatan ruang laut seperti ini wajib memiliki izin Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL), terutama jika dilakukan lebih dari 30 hari. Riyono mempertanyakan transparansi dalam proses perizinan proyek tersebut.

“Kalau izinnya ada, tunjukkan ke publik. Tapi jika tidak ada, ini pelanggaran serius dan harus ditindak. Negara tidak boleh diam ketika hak nelayan terabaikan,” tegasnya.

Riyono juga mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk segera mengambil tindakan konkret. Ia menyebut nelayan sebagai pilar ekonomi pesisir yang harus mendapat perlindungan dari negara.

Sementara itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Pung Nugroho Saksono, telah memberikan ultimatum kepada pelaku pemagaran. Mereka diberi waktu 20 hari sejak penyegelan untuk mencabut pagar bambu sepanjang 30,16 km tersebut.

“Jika tak diindahkan, kami akan lakukan pembongkaran paksa. Negara ini punya aturan, tidak bisa seenaknya memagari laut,” tegas Ipung.

Saat ini, kekhawatiran di kalangan nelayan meningkat, mengingat pagar tersebut tidak hanya menghambat aktivitas melaut tetapi juga merusak jalur migrasi ikan dan ekosistem bawah laut yang menjadi sumber penghidupan utama.


Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

twelve + 18 =