Suara Bersama

Jelang Wukuf, Pahami Apa Itu Haji Mabrur: Kunci Membangun Pribadi Arif dan Menyejukkan Bangsa

Jakarta, Suarabersama.com – Haji mabrur merupakan tujuan utama setiap jemaah haji di seluruh dunia. Lalu, apa sebenarnya haji mabrur dan bagaimana perannya dalam kehidupan sosial saat para jemaah kembali ke Tanah Air?

Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Amirulhaj, Amirsyah Tambunan, memberikan penjelasan mengenai Armuzna serta peran haji mabrur di tengah masyarakat. Amirsyah mengawali penjelasannya dengan menegaskan bahwa jemaah haji harus fokus dalam melaksanakan rangkaian ibadah yang dimulai dari wukuf di Arafah, kemudian mabit di Muzdalifah dan Mina yang akan berlangsung pada 9 Zulhijah atau Kamis (5/6).

“Kenapa harus fokus karena memang cukup menguras fisik dan mental jemaah haji, sehingga dibutuhkan fisik, mental dan spiritual yang prima melalui pelayanan prima oleh para petugas termasuk Amirulhaj yang saat ini hari ketiga di tanah suci Makkah,” ungkap Amirsyah di Makkah, Rabu (4/6/2025).

Ia mengajak seluruh jemaah dan petugas haji untuk segera mempersiapkan kebutuhan dalam Armuzna, seperti kartu Nusuk, perlengkapan salat, Al-Qur’an, hingga obat-obatan pribadi.

“Kami mengajak agar para jemaah fokus mulai dari niat hingga praktik di lapangan,” tambahnya.

Amirsyah kemudian menjelaskan makna haji mabrur. Menurutnya, jemaah haji Indonesia berangkat dengan suasana nyaman dan damai serta berada di Makkah dalam kondisi yang sama.

“Jika calon jemaah haji yang berada di tanah air dan berangkat ke Tanah suci hingga kepulangannya kembali ke Tanah Air malah membuat gaduh di masyarakat, atau bahkan membuat suasana lingkungan menjadi tidak nyaman akibat tingkah polah buruk dan kesombongannya, maka jelas sekali hal demikian itu bertentangan dengan nilai-nilai haji mabrur,” tegasnya.

Ia kemudian mengutip sabda Nabi Muhammad SAW mengenai haji mabrur, dengan terjemahan sebagai berikut:

Dari sahabat Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW bersabda “Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga.” Lalu sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa (tanda) mabrurnya?” Rasulullah SAW menjawab, “Memberikan makan kepada orang lain dan melontarkan ucapan yang baik” (HR Ahmad, At-Thabrani, dan Al-Baihaqi).

Amirsyah menambahkan, “Jika diasumsikan tiap tahun ada 221 ribu jemaah haji asal Indonesia, sesungguh¬nya hal itu merupakan potensi luar biasa untuk bangsa ini. Artinya, setidaknya akan lahir setiap tahunnya orang-orang baru di negeri ini yang siap untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat menyejahtera¬kan dan mendamaikan, yaitu orang-orang yang punya kepedulian dan kepekaan sosial yang tinggi serta orang-orang yang berpikir dan bertindak arif, santun dan menyejukkan suasana.”

Ia juga menegaskan bahwa haji mabrur sangat dinantikan oleh bangsa Indonesia. Semakin banyak haji yang mabrur, katanya, maka semakin mudah bagi bangsa ini untuk menghadapi berbagai persoalan.

“Itulah dampak sosial haji mabrur yang sejatinya sangat dinanti-nanti oleh bangsa ini. Semakin banyak yang berangkat haji, maka semakin besar bangsa ini memiliki pribadi-pribadi berpredikat haji mabrur dan selanjutnya semakin mudah bagi negeri ini untuk keluar dari jeratan krisis multidimensi, baik krisis akhlak, krisis ekonomi, politik dan budaya,” tutup Amirsyah.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

16 − nine =