Jakarta, Suarabersama.com – Sebanyak 39 siswa tingkat sekolah menengah pertama (SMP) yang dianggap “sulit diatur” oleh pihak sekolah dan keluarga tiba sekitar pukul 12.00 WIB di markas Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Armed 9, yang berlokasi di Jalan Raya.
Setibanya di lokasi, para pelajar tidak diberi kesempatan untuk bersantai, mereka langsung diarahkan ke barisan awal kegiatan. Kedatangan mereka kali ini bukan untuk mengikuti upacara bendera, melainkan memulai program pelatihan karakter bergaya militer, sebuah inisiatif dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Selama dua minggu ke depan, para siswa tersebut akan menjalani pembinaan intensif dalam suasana militer.
Program ini digagas oleh Dedi sebagai upaya pendidikan karakter yang difokuskan pada pembentukan kedisiplinan, rasa tanggung jawab, dan pembinaan akhlak. Suasana emosional terlihat di lokasi saat para siswa diberikan waktu singkat untuk berpamitan dengan orangtua mereka.
Banyak orangtua yang tampak menitikkan air mata, termasuk Elly, salah satu wali murid yang menyimpan harapan besar akan perubahan anaknya.
“Anak saya sering bolos dan susah dinasehatin. Saya titipkan ke program ini agar bisa berubah jadi lebih baik. Terima kasih Pak Bupati dan Gubernur, semoga anak saya bisa jadi rajin dan nurut,” kata Elly.
Ia juga menyampaikan bahwa ia sudah mempersiapkan perlengkapan anaknya jauh-jauh hari, mulai dari seragam, alat tulis, pakaian olahraga, hingga kebutuhan mandi dan ember. “Memang sudah didaftarkan oleh sekolah, terus saya sebagai orangtua setuju dan dukung, semoga anak ini bisa berubah lah menjadi lebih baik,” ujarnya.
Komandan Resimen Armed 1 Kostrad, Kolonel Arm Roni Junaidi, menjelaskan bahwa kegiatan di hari pertama akan diawali dengan pemeriksaan kesehatan serta evaluasi psikologis. Setelah itu, para siswa akan menjalani rutinitas harian seperti shalat berjamaah, aktivitas fisik, menjaga kebersihan lingkungan, pola makan yang teratur, serta mengikuti sesi konseling dan motivasi.
Ia juga menyebutkan bahwa kurikulum pelatihan dirancang melalui kerja sama antara TNI, Polri, pemerintah daerah, dinas sosial, dan para psikolog anak. “Tujuan utama program ini adalah membentuk lingkungan positif yang membangun mental dan spiritual anak-anak,” ujarnya.



