Jakarta, Suarabersama – Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik ke-266 dan Paus pertama dari Amerika Latin, wafat di usia 88 tahun pada Senin (21/4/2025) akibat komplikasi pneumonia ganda setelah lima minggu perawatan di Rumah Sakit Gemelli, Roma.
Sehari sebelum wafat, ia sempat menyapa ribuan umat di Lapangan Santo Petrus dalam penampilan publik terakhirnya. Kepergian pemimpin spiritual berjuluk Bapa Umat ini memicu gelombang belasungkawa dari seluruh penjuru dunia:
-
Argentina, tanah kelahirannya, menyebutnya sebagai tokoh penting dalam dialog antaragama dan spiritualitas kaum muda.
-
Amerika Serikat dan Uni Eropa menyoroti dedikasinya terhadap perdamaian dan keadilan sosial.
-
Indonesia, lewat Presiden Prabowo, mengenang kunjungan Paus ke Jakarta tahun lalu dan menyebutnya sebagai teladan perdamaian dan keberagaman.
-
Brasil, India, dan Filipina menyanjung semangatnya membela kaum miskin dan memperjuangkan keadilan iklim.
-
Vatikan menerima ucapan duka dari para pemimpin dunia: dari Raja Charles, Presiden Macron, hingga Putin, serta tokoh spiritual seperti Dalai Lama.
-
Negara-negara seperti Spanyol bahkan mengumumkan masa berkabung nasional.
-
Dari Timur Tengah, Paus dikenang sebagai pendukung kuat perdamaian Palestina dan pluralisme agama.
-
Afrika Selatan, Kenya, dan Nigeria menekankan warisannya dalam memperjuangkan inklusivitas dan kesetaraan.
Paus Fransiskus dikenang karena kesederhanaan, kepedulian sosial, dan kepemimpinannya yang membumi. Ia menjembatani perbedaan dan menyuarakan solidaritas lintas agama dan bangsa. Dunia kehilangan sosok pemersatu yang selama hidupnya berjuang bagi martabat manusia dan harmoni global.