Suara Bersama

Rupiah Tertekan, Daya Beli Masyarakat Turun dan Konsumen Mulai Hati-Hati

suarabersama.com, Jakarta – Tekanan terhadap nilai tukar rupiah kembali mencuat di tengah menurunnya optimisme konsumen dan melemahnya permintaan di sektor otomotif. Pengamat pasar keuangan, Lukman Leong, menilai kecenderungan depresiasi rupiah masih akan berlanjut, meski dalam batas terbatas.

Menurut Lukman, penurunan daya beli dan sikap kehati-hatian masyarakat dalam belanja dan investasi menjadi indikator utama dari ketidakpastian ekonomi saat ini. “Konsumen kini lebih selektif dalam pengeluaran. Bahkan permintaan terhadap emas meningkat, menunjukkan kecenderungan masyarakat mencari aset lindung nilai,” ujarnya kepada Antara, Rabu (16/4).

Keyakinan Konsumen Menurun

Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) untuk Maret 2025 mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun ke level 121,1. Dua komponen utama penyusunnya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), juga mengalami koreksi masing-masing ke 110,6 dan 131,7. Sebelumnya, keduanya berada di angka 114,2 dan 138,7.

Lebih rinci, IKE dipengaruhi oleh tiga komponen: Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI), Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (IPDG), dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK). Meskipun ketiganya masih menunjukkan optimisme karena berada di atas angka 100, semua komponen tersebut tercatat menurun dibandingkan bulan sebelumnya.

Ekspektasi Masih Positif Tapi Melemah

Dari sisi proyeksi enam bulan mendatang, BI mencatat IEK tetap berada dalam zona optimis. Namun, indeks-indeks penyusunnya, yaitu Indeks Ekspektasi Penghasilan (IEP), Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha (IEKU), dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (IEKLK), juga tercatat lebih rendah dibanding bulan sebelumnya.

IEP misalnya, turun dari 143,3 menjadi 137,0. Penurunan serupa juga terjadi pada IEKU dan IEKLK yang masing-masing menjadi 132,2 dan 125,9.

Dampak Eksternal: Tensi Dagang Global

Di luar faktor domestik, tekanan terhadap rupiah juga dipengaruhi ketegangan geopolitik, terutama akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Isu terbaru seperti boikot China terhadap Boeing memperburuk sentimen pasar.

“Langkah China ini cukup signifikan, mengingat hampir seperlima penjualan Boeing berasal dari pasar China. Ini menandai risiko eskalasi konflik dagang yang bisa berdampak luas,” jelas Lukman.

Berdasarkan sejumlah faktor tersebut, rupiah diproyeksi akan bergerak dalam kisaran Rp16.750 hingga Rp16.850 per dolar AS.

Meski begitu, pembukaan perdagangan Rabu pagi menunjukkan sedikit penguatan rupiah, tercatat naik tipis 0,05% ke posisi Rp16.819 per dolar AS dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.827.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

nineteen − eight =