Suara Bersama

Gus Najih: Jangan Sampai Bela Palestina Jadi Alasan Menebar Propaganda

Jakarta, Suarabersama.com – Pengamat isu politik Timur Tengah Najih Arromadloni mengingatkan pentingnya berpikir strategis menyikapi fatwa jihad yang dikeluarkan oleh Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS) dalam membela bangsa Palestina di Gaza. Menurutnya, meskipun semangat membela bangsa Palestina merupakan kewajiban moral dan agama, seluruh bentuk aksi solidaritas harus dilakukan secara strategis, rasional, dan sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

“Itu semua harus dilakukan dengan rasional, tidak boleh melanggar hukum, dan harus mempertimbangkan kemaslahatan. Kita harus berpikir strategis,” tegas Najih, yang akrab disapa Gus Najih, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Najih, yang merupakan alumnus Suriah dan juga pengurus LAKPESDAM PBNU, menegaskan bahwa mendukung kemerdekaan Palestina adalah bagian dari amanat konstitusi Indonesia, yang menyatakan bahwa penjajahan di dunia harus dihapuskan.

Namun demikian, ia menilai bahwa fatwa jihad bersenjata yang dikeluarkan oleh IUMS perlu dikaji ulang. Menurut hukum fikih Islam, jihad bersenjata tidak boleh dijalankan secara individual atau oleh kelompok non-negara tanpa komando dari otoritas pemerintahan yang sah.

“Jika tidak begini, maka semua orang atau kelompok bisa melakukan klaim sepihak atas urgensi angkat senjata yang justru berpotensi menyasar siapa saja,” paparnya.

Lebih lanjut, Gus Najih mengingatkan bahaya yang mengintai jika umat Islam di Indonesia secara masif menjawab seruan tersebut. Ia mengibaratkan, jika masyarakat sipil yang tidak memiliki pelatihan militer pergi ke Gaza untuk berjihad, maka potensi jatuhnya korban akan sangat tinggi, dan justru bisa menghambat penyaluran bantuan kemanusiaan yang lebih dibutuhkan oleh rakyat Palestina.

“Unsur kemaslahatan umat yang seharusnya ada pada fatwa ulama tidak akan terwujud. Bantuan kemanusiaan justru akan berkurang,” ujarnya.

Sebagai alternatif, ia mendorong masyarakat Indonesia untuk mendukung Palestina sesuai kapasitas masing-masing, seperti melalui bantuan logistik, dukungan pendidikan dan kesehatan, serta kampanye kemerdekaan Palestina di ruang publik.

“Langkah ini lebih realistis dan strategis daripada menyerukan intervensi militer ke sana. Bahkan mendoakan adalah langkah paling minimal tapi tetap bermakna,” imbuhnya.

Gus Najih juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas dalam negeri. Ia mewanti-wanti agar jangan sampai seruan jihad tersebut menimbulkan gelombang masyarakat sipil Indonesia menjadi Foreign Terrorist Fighter (FTF), yang justru menciptakan persoalan baru baik bagi keluarga mereka maupun bagi Palestina itu sendiri.

“Kalau sampai terjadi, mereka yang berangkat justru bisa menjadi beban bagi rakyat Palestina, bukan pertolongan,” tegasnya.

Untuk itu, ia menyerukan agar semua pihak menahan diri dari provokasi dan propaganda yang dapat merusak keamanan nasional dan memperkeruh situasi global.

(HP)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × 2 =