Suara Bersama

Trump Kembali Incar China dalam Perang Dagang: Dunia Siaga

Jakarta, Suarabersama – Presiden AS Donald Trump kembali memusatkan strategi perangnya pada China, bukan lagi seluruh dunia. Meski puluhan negara mendapat penundaan tarif resiprokal selama 90 hari, China tetap dikenai tarif tinggi sebesar 125%, jauh di atas tarif universal 10%.

Langkah ini diambil sebagai respons atas sinyal balasan China yang berencana menerapkan tarif 84% pada barang-barang AS. Trump menyebut langkah Beijing “kurang menghormati” dan menganggap ini kelanjutan dari konflik perdagangan yang belum selesai di masa jabatannya yang pertama.

Trump ingin mengguncang sistem perdagangan global yang selama ini mengandalkan China sebagai pusat manufaktur dunia. Ia menyasar dominasi China yang kian menguat, termasuk melalui strategi “Made in China 2025” yang menargetkan kepemimpinan di sektor-sektor strategis seperti kendaraan listrik dan industri kedirgantaraan.

Sejak 2015, China telah menjadi pasar utama bagi banyak perusahaan global seperti Rolls Royce dan GM. Namun, harapan bahwa kemakmuran ekonomi akan membawa reformasi politik tidak terwujud. Sebaliknya, China memperkuat kontrol partai dan memperdalam orientasi ekspor.

Tarif Trump kini dilanjutkan oleh Presiden Biden, meski dampaknya terhadap model ekonomi China masih terbatas. China kini memproduksi 60% mobil listrik dunia dan 80% baterainya.

Ketegangan ini menyisakan dua pertanyaan besar: Apakah China bersedia bernegosiasi? Dan jika ya, apakah mereka siap melakukan reformasi besar yang diinginkan AS?

Jawabannya belum jelas. Posisi China saat ini sangat terkait dengan kekuatan nasional dan proteksi pasar domestik. Di sisi lain, Trump mendorong proteksionisme untuk membangkitkan industri AS.

Jika kedua negara gagal mencapai titik temu, perang dagang ini bisa menandai akhir dari tatanan global lama dan membuka era baru yang penuh ketidakpastian.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

8 + five =