Jakarta, Suarabersama.com – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi bahwa kerja sama Indonesia dengan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) di sektor kesehatan untuk sementara ditangguhkan. Keputusan ini menyusul kebijakan Presiden AS Donald Trump yang berencana menutup USAID dan menarik seluruh stafnya dari luar negeri.
“Itu (proyek dengan USAID) ditangguhkan. Bukan dihentikan,” ujar Menkes Budi kepada Reuters.
Meski demikian, ia mengaku belum mendapat kepastian apakah program ini akan benar-benar dihapus atau masih dalam tahap evaluasi. Menurutnya, kejelasan mengenai kerja sama ini kemungkinan baru akan didapat dalam 90 hari ke depan.
Pembekuan bantuan luar negeri AS untuk Indonesia dikhawatirkan berdampak pada upaya penanggulangan HIV dan tuberkulosis (TB). Berdasarkan data Kedutaan Besar AS di Jakarta, sejak 2020 USAID telah menginvestasikan sekitar 800 juta dolar AS untuk berbagai program kesehatan di Indonesia.
Selain USAID, Indonesia juga menerima obat-obatan dari Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria, di mana AS merupakan donor terbesar. Jika USAID benar-benar dihentikan, dikhawatirkan dampaknya akan meluas ke berbagai sektor kesehatan lainnya.
Pengamat kesehatan dari Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives, Olivia Herlinda, menilai bahwa pembekuan bantuan USAID ini bisa menjadi pukulan berat bagi sistem kesehatan di Indonesia.
“Dampaknya sangat besar karena USAID mendukung banyak program kesehatan di Indonesia, termasuk kesehatan ibu dan anak, TB, HIV, serta kesiapsiagaan pandemi,” ujarnya, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan perombakan besar-besaran dengan melebur USAID ke dalam Departemen Luar Negeri. Langkah ini sejalan dengan kebijakan “America First” yang bertujuan mengurangi tenaga kerja dan merealokasi sumber daya untuk kepentingan domestik AS.
(HP)