Suara Bersama

Kontroversi dan Fungsi Pagar Bambu di Laut Tangerang dan Bekasi

suarabersama.com, Jakarta – Keberadaan pagar laut terus menjadi perbincangan hangat. Shandi, salah seorang warga, mengungkapkan keprihatinannya terhadap rencana pemerintah membongkar pagar di laut Tangerang. “Pagar ini baru dibuat sekitar empat hingga lima bulan lalu,” ungkapnya.

Namun, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Banten, Eli Susanti, menegaskan bahwa pagar di wilayah Pantai Utara Kabupaten Tangerang tidak berada di daratan yang hilang akibat abrasi. Menurutnya, klaim apapun perlu dibuktikan. “Kalau hilang karena abrasi, ya silakan saja membuktikan,” katanya.

Pemprov Banten merujuk pada Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2023, yang menetapkan bahwa lokasi pagar tersebut berada di zona lautan. Zona ini meliputi berbagai pemanfaatan, seperti perikanan tangkap, budidaya, pelabuhan, hingga pariwisata. Waktu 20 hari pun diberikan untuk membongkar pagar tersebut, mengingat dampaknya yang dirasa merugikan nelayan dan warga setempat.

Pagar di Laut Bekasi dan Proyek Penataan Pelabuhan

Sementara itu, di kawasan pesisir Bekasi, keberadaan pagar bambu lainnya memiliki cerita berbeda. Sebuah video berdurasi 45 detik memperlihatkan susunan bambu yang menopang gundukan tanah di Kampung Paljaya, Desa Segara Jaya, Tarumajaya. Tayum, seorang nelayan setempat, mengungkapkan bahwa pagar tersebut sudah ada selama enam bulan terakhir.

Misteri ini akhirnya terjawab oleh Pemprov Jawa Barat. Pagar tersebut merupakan bagian dari proyek pembangunan alur pelabuhan, hasil kerja sama dengan PT Tunas Ruang Pelabuhan Nusantara (TRPN) dan PT Mega Agung Nusantara (MAN). Proyek senilai Rp200 miliar ini mencakup penataan ulang kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paljaya seluas 7,4 hektar, termasuk pembuatan alur pelabuhan sepanjang lima kilometer.

Kepala UPTD Pelabuhan Perikanan Muara Ciasem, Ahman Kurniawan, menyebut bahwa proyek ini bertujuan untuk memfasilitasi akses keluar-masuk kapal nelayan. Selain alur pelabuhan, penataan PPI Paljaya juga mencakup pembangunan fasilitas pokok seperti dermaga, mercusuar, fasilitas umum, hingga pasar dan pengolahan ikan.

Harapan Nelayan di Tengah Polemik

Meski berada di lokasi berbeda dan dengan tujuan yang tidak sama, keberadaan pagar ini menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat pesisir. Di Tangerang, pagar menimbulkan polemik terkait kebermanfaatannya. Sedangkan di Bekasi, pagar menjadi bagian dari visi besar penataan kawasan pelabuhan.

Namun, apa pun tujuannya, harapan nelayan tetap sama: kesejahteraan dari hasil laut yang terus mereka andalkan. Apakah pagar ini akan menjadi solusi atau malah hambatan? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

16 − 11 =