Jakarta, Suarabersama – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) II, Thomas Djiwandono, mengungkapkan bahwa ekonomi global saat ini tengah menghadapi tantangan besar. Meski demikian, ia juga menyatakan bahwa kondisi ini bisa menjadi peluang yang menguntungkan bagi Indonesia.
“Untuk Indonesia, kami melihat bahwa dinamika ekonomi global tidak hanya sekadar ancaman, tetapi juga sumber peluang. Dengan posisi geografis yang strategis, kekayaan sumber daya alam, dan demografi yang muda, kita berada di posisi yang baik untuk mengubah tantangan ini menjadi keuntungan bagi bangsa,” ujar Thomas saat berbicara dalam acara Indonesia Economic Prospects (IEP) yang digelar oleh Bank Dunia pada Senin (16/12/2024).
Namun demikian, Thomas yang juga merupakan keponakan Presiden Prabowo Subianto, menekankan bahwa ketidakpastian ekonomi global menuntut Indonesia untuk merancang strategi ekonomi yang berbeda dari sebelumnya.
“Kondisi yang tidak menentu ini memaksa kita untuk menyusun strategi ekonomi yang jauh lebih inovatif, yang tidak lagi bersifat konvensional. Kita harus menciptakan strategi yang adaptif. Hal ini juga mengharuskan kita membangun fondasi yang solid dalam infrastruktur dan inovasi agar mampu bertahan menghadapi guncangan ekonomi dan perubahan tren global,” jelasnya.
Thomas juga merinci sejumlah tantangan yang tengah dihadapi ekonomi dunia, seperti meningkatnya ketegangan geopolitik, populasi yang semakin menua, serta target pengurangan emisi gas rumah kaca yang belum tercapai. Meski demikian, ia menilai ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan yang baik di tengah ketidakpastian ini.
“Indonesia terus berupaya untuk menjadi ekonomi yang tangguh pada tahun 2045, dan untuk itu, kita sangat membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan cepat. Tantangan yang ada harus kita hadapi untuk mendorong pertumbuhan tersebut,” tambah Thomas.
Wamenkeu II ini menekankan pentingnya transformasi ekonomi yang cepat dan efektif bagi Indonesia. Prioritas utama pemerintah, menurutnya, adalah memperkuat keamanan nasional di bidang ketahanan pangan, energi, dan air, serta melakukan investasi besar dalam sumber daya manusia, khususnya di sektor pendidikan dan kesehatan.
“Semua ini sangat krusial untuk mengatasi guncangan jangka pendek dan membangun ekonomi yang lebih kokoh,” ujar Thomas menutup pembicaraannya.