“Argentina membawa pulang empat tentara dari UNIFIL. Setiap negara anggota memiliki hak prerogatif untuk mengambil keputusan seperti ini, dan kami mencatatnya,” ujar Lacroix.
Argentina menjadi negara pertama dari kontributor UNIFIL yang menarik pasukannya di tengah eskalasi ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon. Langkah ini dilakukan di tengah serangan yang meningkat terhadap posisi UNIFIL, menyusul konflik yang melibatkan militer Israel dan kelompok Hizbullah.
Sejak 1 Oktober, militer Israel melancarkan operasi darat di Lebanon selatan terhadap pasukan Hizbullah. Konflik ini diperparah dengan serangan udara dan roket yang terus berlangsung, menyusul eskalasi bersenjata di Jalur Gaza. Akibatnya, jumlah korban tewas di Lebanon telah melebihi 2.500 orang.
UNIFIL, yang bertugas menjaga perdamaian di kawasan, juga menghadapi serangan selama konflik berlangsung. PBB mengutuk tindakan tersebut dan menekankan pentingnya perlindungan bagi pasukan penjaga perdamaian.
Penarikan pasukan oleh Argentina mencerminkan tantangan yang dihadapi misi penjaga perdamaian di zona konflik. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran tentang efektivitas UNIFIL dalam menjalankan mandatnya di tengah ketegangan yang semakin memanas di wilayah tersebut.
Keputusan Argentina diharapkan menjadi pengingat bagi masyarakat internasional tentang pentingnya menjaga keselamatan pasukan perdamaian sekaligus mencari solusi jangka panjang untuk konflik di Lebanon.