Jakarta – Persaingan dunia kerja di Indonesia kian sengit. Bukan hanya soal keterampilan, pencari kerja kini dihadapkan pada tantangan struktural seperti badai pemutusan hubungan kerja (PHK), perubahan teknologi, hingga standar rekrutmen yang makin ketat.
Di era sekarang, mencari pekerjaan bukan hanya bersaing dengan sesama generasi, tetapi juga dengan generasi yang lebih muda dan adaptif terhadap teknologi. Sementara itu, banyak perusahaan mulai mengandalkan otomatisasi untuk menggantikan peran manusia, mempersempit peluang kerja konvensional.
Berikut lima alasan utama mengapa mencari pekerjaan saat ini menjadi tantangan besar:
1. Badai PHK Massal
Gelombang PHK besar-besaran terus menghantam dunia industri, termasuk di Indonesia. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, pada Januari hingga Februari 2025 saja, lebih dari 18.000 tenaga kerja kehilangan pekerjaan.
Fenomena serupa terjadi secara global. Data layoffs.fyi menunjukkan lebih dari 59.000 pekerja dunia terkena PHK dari 127 perusahaan teknologi pada pertengahan Mei 2025.
2. Kompetisi Makin Ketat
PHK membuat pasar tenaga kerja semakin penuh sesak. Pekerja berpengalaman yang sebelumnya berada di posisi menengah atau senior kini rela turun kasta demi tetap bekerja. Ini berdampak langsung pada fresh graduate yang kesulitan menembus pasar kerja karena kalah pengalaman.
3. Kualifikasi Tidak Masuk Akal
Banyak perusahaan menetapkan syarat pengalaman minimal 1–2 tahun untuk posisi entry-level. Padahal posisi ini seharusnya terbuka bagi lulusan baru. Kebijakan ini mempersulit akses lulusan perguruan tinggi ke dunia kerja formal.
4. Rekrutmen Melelahkan dan Rumit
Proses rekrutmen kini kian kompleks, mulai dari tes berlapis, wawancara berjenjang, hingga penantian berbulan-bulan tanpa kejelasan. Hal ini memicu kelelahan emosional dan psikis bagi para pencari kerja.
5. Perubahan Lanskap Dunia Kerja
Transformasi digital mempercepat hilangnya beberapa jenis pekerjaan, terutama di sektor manufaktur dan administrasi. Otomatisasi dan kecerdasan buatan menggantikan peran manusia, menekan ketersediaan pekerjaan secara signifikan.
Di tengah realita ini, pencari kerja dituntut untuk tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga kemampuan adaptif dan daya tahan tinggi dalam menghadapi dinamika pasar tenaga kerja yang terus berubah.